Dikala itulah Bung Karno meminta Basuki Abdullah melukis wajah Gusti Nurul. “Setelah selesai, lukisan tersebut dipasang di ruang kerja presiden di Istana Cipanas,” ungkap Nurul. Setelah melalui berbagai pendekatan, Gusti Nurul mengatakan bila seandainya Bung Karno melamar dirinya, ia pasti akan menolak. Salahsatu tokoh aliran seni rupa naturalisme di Indonesia adalah Basuki Abdullah, Biasanya lukisan kabur atau blur disebabkan oleh lukisan harus dilukis dengan cepat, karena mengandalkan pencahayaan dari matahari. maka memungkinkan ditemukan kuda berkaki lebih dari 4 dalam karya seni yang dihasilkan. KeistimewaanLukisan: - Lukisan karya pelukis master, kualitas karya seni tinggi - Bahan kanvas dan cat kualitas 1, lukisan awet, daya tahan >> LUKISAN KUDA BERKUALITAS KARYA SENI TINGGI Informasi dan pemesanan: Telp - WhatsApp: .11 E-mail: javadesindo@ cara pemesanan, klik disini Padalantai tengah dan bawah dipajang karya seni lukis modern Indonesia seperti lukisan : Affandi (almarhum), Basuki Abdullah (almarhum), Soepono (almarhum), Dullah, Fadjar Sidik, Abas Alibasah DaftarIsi13 Aliran Seni Rupa1. Naturalisme2. Realisme3. Romantisme4. Impressionisme5. Ekspresionisme6. Kubisme7. Fuvisme8. Dadaisme9. Futurisme10. Surrealisme11. Abstraksionisme12. Popular Art13. Post Modern Seni rupa adalah cabang dari seni yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan dan perabaan. Dengan menciptakan kesan Goresantangan Basoeki Abdullah tersebut telah menginspirasi banyak pihak sehingga sampai detik ini kita dapat mengetahui sosok Pangeran Diponegoro dan meneruskan semangat perjuangannya melalui buku-buku sejarah, dan bahkan pada patungnya yang terletak di kawasan Monumen Nasional. Lebih dari pada itu, melalui lukisan ini Basoeki Abdullah l9Kn. Jakarta - 'Beautifikasi', istilah tersebut kerap terdengar di lukisan-lukisan ciptaan Basoeki Abdullah. Maestro kelahiran Surakarta mampu membuat karya yang lebih indah dan cantik dari aslinya. Salah satu 'beautifikasi' yang diciptakan Basoeki adalah lukisan mitologi tentang Djoko Tarub. Karya seni itu mengisahkan legenda tujuh bidadari turun mandi di bumi, dan salah satu pakaiannya dicuri oleh Djoko Tarub. Alkisah, menurut penuturan Mikke Susanto sebagai kurator pameran, lukisannya merupakan pesanan khusus dari Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno. "Ia minta agar lukisannya dibuat sesuai dengan legenda Djoko Tarub," katanya kepada detikHOT, di sela-sela pembukaan di Museum Nasional Indonesia Jakarta Pusat. Terpopuler Siapakah Dua Wanita di Lukisan '3 Dara' Basoeki Abdullah? Basoeki tercatat melukisnya sebanyak enam versi. Tapi, uniknya wanita yang ada di lukisan hanya ada enam bidadari. Sambil berkelakar, Mikke menyebutkan guyonan menarik. "Mungkin satu bidadarinya disimpan Bung Karno. Nggak ada yang tahu jawabannya kenapa hanya 6 bidadari, bukan 7," ujarnya sembari tertawa. Salah satu lukisan masuk ke dalam buku koleksi Presiden Soekarno 1956 dan 1964. Tadinya lukisan ini dipajang di tembok Istana Merdeka. Kini, Museum Basoeki Abdullah memiliki lukisan reproduksinya yang dipajang di museum. Simak Harga Lukisan Basoeki Abdullah 'Kalah' dari Maestro Lainnya"Kalau pengunjung lihat, akan ada banyak unsur beautifikasi yang membuat lukisan Basoeki bersama para waniat cantik menjadi lebih indah. Eksibisi 'Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah' masih bisa dinikmati sampai 30 September mendatang. tia/ron – Maestro lukis Indonesia, Basoeki Abdullah, adalah salah satu seniman yang rajin yang sering mengarsipkan dan mendokumentasikan perjalanan kariernya. Dilansir dari sudah tak terhitung berapa judul berita dari media Indonesia dan luar negeri yang menggambarkan sosoknya. Lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 25 Januari 1915 ini, Basoeki memiliki nama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah. Ia terkenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia juga pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta. Bahkan melukis Presiden Soekarno kala itu. Namun pada 5 November 1993, ia meninggal dunia pada usia 78 tahun. Berikut beberapa lukisan Basoeki yang diunggah akun Facebook, Augustian ke grup Indonesia Tempo Doeloe. “Dalam sinar Bulan" - Medium Oil on canvas, Size 80cm x 120cm Basoeki Abdullah dna karyanya. " Presiden RI" - Medium Oil on Canvas, Size 149cm x 94cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Gatut kaca dengan anak-anak Arjuna, Prigiwa dan Prigiwati" - Medium Oil on Canvas, Size 170cm x 255cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Jaka Tarub" - Medium oil on canvas, Size 170cm x 255cm // Basoeki Abdullah dna karyanya. "Pantai Flores" - Medium oil on canvas, Size 117cm X 180cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Pemandangan" - Medium oil on canvas, Size 170cm x 255cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Peperangan antara Gatutkaca dan Antasena" - Medium oil on canvas, Size 200cm x 300cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Nyai Loro Kidul” - Medium Oil on canvas, Size 159cm X 120cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Lady with Kebaya” - Medium Oil on canvas, Size 113cm x 76cm Basoeki Abdullah dna karyanya. "Peperangan antara Gatutkaca dan Antasena" by Basuki Abdullah, Medium oil on canvas, Size 200cm x 300cm Basoeki Abdullah dna karyanya. Lukisan Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah. Basoeki mengklaim dalam biografinya, bahwa dia menggambarkan sosok mitologi ini karena sering bertemu dengannya. Nyi Roro Kidul yang menjadi koleksi Istana Negara itu sempat dipamerkan di Galeri Nasional Jakarta pada Agustus 2017. Lukisan itu dibuat oleh mendiang Basoeki Abdullah Dalam biografi R. Basoeki Abdullah RA Duta Seni Lukis Indonesia, dia mengklaim pernah bertemu dengan sosok mitos laut selatan Jawa itu. Ia kerap membuat lukisan yang bertajuk mitologi dengan unsur romantisme. Tak selalu menggambarkan mitologi, Basoeki Abdullah juga sering membuat lukisan pemandangan dan sosok. Penggambarannya pada sosok, menurut Mikke Susanto yang seorang kurator seni, menjadikan modelnya sebagai rekan untuk berkarya. Model bukan sekedar hubungan aktif-pasif belaka, demikian ungkap Mikke. "Pak Bas nama panggilan Basoeki Abdullah itu tak melewatkan model seperti sebagaimana mstinya, tapi juga untuk membuat kisah-kisah yang lain, meski kita tidak tahu siapa modelnya," ungkapnya dalam webinar Kemanusiaan pada Karya Basoeki Abdullah yang diadakan Museum Basoeki Abdullah. Baca Juga Seniman-Seniman Lukis Pertama di Dunia Berasal dari Indonesia? PROMOTED CONTENT Video Pilihan Laskar Rakyat Mengatur Siasat karya Affandi. Sumber SAMBIL menunggangi kuda hitamnya, Pengeran Diponegoro mengacungkan jari telunjuk. Tangannya yang lain memegangi tali untuk mengendalikan kuda. Penggambaran adegan itu terdapat dalam lukisan Diponegoro karya Basuki Abdullah yang dibuat tahun 1949. Tak ada satu pun potret wajahnya namun hal ini jadi kesempatan bagi para pelukis untuk mengabadikan profil dan kisah-kisahnya secara visual. Ada berbagai versi lukisan Diponegoro. Ada profilnya pakai blangkon dan surjan, atau potret setengah badan. “Lukisan Diponegoro yang paling populer yakni Diponegoro naik kuda karya Basuki Abdullah meniru gaya Napoleon Crossing the Alps 1801 karya Jacques Louis David,” kata Mikke Susanto ketika memaparkan makalahnya di Seminar Sejarah Nasional 3/12. Penggambaran Diponegoro lewat lukisan merupakan satu wujud dokumentasi sejarah ketika tokoh atau peristiwa sejarah tak sempat terekam dalam foto. Lukisan tentang potret pahlawan terus diproduksi pascakemerdekaan. Sukarno yang menggemari seni lukis, memajang lukisan potret para pahlawan di Istana Merdeka dan Bogor. Pada dekade 1980-an, potret pahlawan karya Basuki Abdullah menjadi paling populer. “Ratusan potret pahlawan direproduksi besar-besaran. Padahal Basuki Abdullah ketika melukis Diponegoro, red. tidak bersumber dari foto, dia dari imajinasi,” kata Mikke. Selain sebagai wujud dokumentasi, lukisan juga bisa menjadi rujukan dalam penulisan sejarah. Keberadaan seni lukis, tulis Agus Burhan dalam artikel “Ikonografi dan Ikonologi Lukisan Djoko Pekik Tuan Tanah Kawin Muda’” yang dimuat dalam Jurnal Panggung, tidak bisa sekadar dilihat sebagai ungkapan artistik saja. Lebih dari itu, seni lukis bisa dipandang sebagai produk sosiokultural. Suatu karya yang diproduksi, dalam konteks sejarah, melibatkan kondisi sosiokultural yang membangunnya. Maka, Agus melanjutkan, seni lukis bisa menjadi rujukan yang memberi gambaran kondisi di masa tersebut. Ada lima aliran lukisan sejarah. Lukisan sejarah agama, mitologi, alegori, sastra, dan lukisan sejarah peradaban. Namun, tak semua lukisan bisa dijadikan rujukan dalam penulisan sejarah. “Kalau sebuah karya menganut konsep lukisan sejarah peradaban, lukisan itu bisa dipakai sebagai rujukan. Setidaknya memberikan gambaran tentang masyarakat di masa itu,” kata Mikke. Lukisan sejarah rata-rata beraliran realis, yang memudahkan orang mendapat gambaran atas hal yang ditampilkan. Pun sejak awal perkembangannya, lukisan sejarah diawali dengan gambaran yang paling mendekati wujud aslinya, baru kemudian berkembang lukisan sejarah dengan gaya non-realis. Di tangan Pablo Picasso, misalnya, lukisan sejarah disajikan dengan gaya kubistis yang berkembang di tahun 1930-an. Guernica 1937 karya Picasso punya konteks kesejarahan dengan peristiwa pengeboman di Kota Guernica pada April 1937 oleh tentara Nazi Jerman di tengah perang sipil Spanyol. Korban pengeboman yang mayoritas perempuan dan anak –karena para pria sedang pergi berperang– menggungah Picasso untuk membuat karya sebagai sikap protes. Lukisan itu selesai dibuat dua bulan setelah peristiwa. Guernica, seperti ditulis situs resmi menjadi karya politis Picasso yang paling terkenal. Di Indonesia lukisan sejarah bisa dijumpai dalam karya Affandi Laskar Rakyat Mengatur Siasat 1946. Lukisan Affandi memberi gambaran para rakyat pejuang berkumpul dan mengatur strategi untuk melawan Belanda di masa revolusi. “Lukisan Affandi bisa dipakai sebagai sebuah rujukan untuk memberi gambaran bagaimana orang berkumpul di satu titik untuk membahas penyerangan,” kata Mikke. Karya lain yang bisa dijadikan rujukan, ialah Tuan Tanah Kawin Muda 1964 karya Djoko Pekik. Karya yang menampilkan seorang lelaki tua berbaring ditunggui seorang perempuan muda ini menjadi gambaran penindasan laki-laki pada perempuan lewat kekuasaan berupa modal ekonomi, sosial, dan kultural. Agus juga menilai Tuan Tanah Kawin Muda sebagai gembaran pertikaian kekuasaan laki-laki penguasa dengan perempuan rakyat jelata, dalam seting budaya feodal. Namun demikian, tak semua karya lukis bisa dijadikan sumber sejarah dan memerlukan kritik dengan membandingnya dengan fakta-fakta sejarah. Lukisan Raden Saleh berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro 1857 misalnya. Ada beberapa gambaran yang tidak sesuai dengan fakta sejarah seperti lokasi penangkapan. “Kalau dilihat pakaiannya benar, tapi tempatnya tidak seperti yang dilukisan. Jadi lukisan karya Raden Saleh pun perlu dikritik. Tidak semua lukisan sejarah benar adanya tapi bisa digunakan sebagai rujukan atau alat pembelajaran sejarah,” kata Mikke. Assalamu’alaikum wr. wb. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahun tentang pelukis yang satu ini. Padahal beliau adalah pelukis yang cukup terkenal pada masanya yaitu pada masa setelah kemerdekaan. Do you know Basuki Abdullah ? Basuki Abdullah adalah seorang maestro pelukis di lahir pada tanggal 25 Januari 1915 di Surakarta Jawa Tengah. Aliran lukisannya adalah realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia. Sangat menakjubkan ! Salah satu karya dari Basuki Abdullah adalah sebuah lukisan yang diberi judul “Keluarga Berencana”. Dalam lukisan ini terdapat tiga ekor kuda yang terdiri atas sepasang kuda dewasa dan seekor kuda kecil. Kuda yang berwarna coklat pekat menggambarkan kegagahan seorang kepala keluarga yang mengayomi keluarganya. Kuda putih melambangkan seorang ibu yang lemah lembut. Serta yang ketiga, anaknya yang merupakan kuda ukurannnya paling kecil. Dengan kata lain lukisan ini sebenarnya menggambarkan sebuah keluarga ideal yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anaknya. Bulu kuda-kuda tersebut kelihatan sangat nyata. Seperti aliran yang dianut oleh Basuki Abdullah yaitu aliran menampilkan suatu objek yaitu kuda-kuda yang berada di suatu padang rumput yang gersang karena berwarna cokelat. Judul Lukisan Keluarga Berencana Pelukis Basuki Abdullah Aliran Realisme Naturalis Ukuran 200 x 90 cm Tahun Pembuatan 1975 Media Water Colour on Paper Wassalamu’alaikum wr. wb Penulis Atika Nurlailika Oktapina, Fitria Amalia, Uswatun Arisah, Eka Indriani, Hilmi Abrooriansyah XII IPA 1/2 Navigasi pos

lukisan kuda basuki abdullah